TRIBUNJATENG.COM, PURBALINGGA – Fashion menjadi bagian yang tak lepas dari penampilan dan gaya hidup manusia saat ini. Banyak orang begitu mudah bergonta-ganti pakaian baru, sepatu dan aksesori tubuh lainnya untuk mengikuti tren tertentu.
Alhasil, banyak barang lama, semisal sepatu, yang tak terpakai karena sudah ada ganti yang baru. Padahal, sepatu itu masih layak pakai, namun hanya terpajang di rak.
Di lain sisi, banyak orang yang masih kesulitan memenuhi kebutuhan sandangnya. Mereka adalah kaum duafa, hingga anak yatim atau piatu yang sulit membeli sepatu.
“Mau dibuang sayang, mau dikasih orang, dikasih ke siapa,”kata Yuspita Anjar Palupi (37) warga Desa Babakan Kecamatan Kalimanah Purbalingga, penggagas Gerakan Sedekah Sepatu, Selasa (3/11)
Keresahan ini pula yang melanda Yuspita. Ia memiliki sejumlah sepatu yang masih bagus, namun tidak terpakai. Ia berpikir untuk menyedekahkan sepatu itu ke orang lain yang lebih membutuhkan.
Hingga Ita, panggilan akrabnya, mengumpulkan sepatu bekas keluarganya yang masih layak pakai. Ia lantas menyuci beberapa pasang sepatunya di tempat jasa laundry. Hingga sepatu-sepatu yang kotor itu kembali bersih, nyaris menyerupai baru.
Aksinya ini ternyata menuai respon positif dari teman-temannya. Teman-temannya yang punya keresahan dan kepedulian sama akhirnya mengikuti jejaknya. Jadilah, sedekah sepatu itu menjadi sebuah gerakan bersama ia dan teman-temannya.
“Waktu awal dicuci di laundry ongkosnya Rp 20 ribu per pasang. Awalnya saya handle sendiri,”katanya
Ia dan teman-temannya membagikan sejumlah pasang sepatu layak pakai itu kepada anak yatim atau piatu, baik di panti, pesantren maupun di rumah-rumah.
Rupanya banyak orang yang punya keresahan sama sepertinya. Mereka memiliki sejumlah koleksi sepatu lama, namun kesulitan untuk mendonasikan ke yang membutuhkan.
Melalui gerakan sedekah sepatu, Ita dan teman-temannya akhirnya memfasitasi mereka yang ingin mendonasikan sepatunya. Gerakan itu pun memantik kepedulian banyak pihak.
Hingga kini, sejak ia memulai gerakan itu pada Juni 2020 lalu, kini telah terkumpul sekitar 800 pasang sepatu layak pakai sumbangan masyarakat. Ada pula yang menyumbang dalam bentuk uang.
Jika uang wujud bantuannya, ia akan membelanjakannya sepatu baru, atau sesuai keinginan donatur. Mereka yang berdonasi bukan hanya dari Purbalingga atau sekitar, namun juga banyak dari luar kota semisal Jakarta, Semarang hingga Jombang Jawa Timur.
“Kita ada laporan publiknya juga, terkait jumlah sumbangan sampai penyalurannya,”katanya
Setiap dua minggu sekali, ia dan teman-temannya rutin menyalurkan bantuan sepatu itu ke mereka yang membutuhkan. Untuk sepatu baru, mereka biasa menyumbangkannya ke anak yatim atau piatu yang masih tinggal di rumah. Sedangkan sepatu layak pakai yang telah dilaundry dan dikemas rapi didonasikan ke anak-anak yatim atau piatu di panti maupun pesantren.
Anak-anak pasti membutuhkan sepatu untuk sekolah. Sedangkan mereka belum tentu bisa mengaksesnya atau membeli sepatu yang bagus.
Donasi sepatu itu bukan hanya menyasar anak-anak atau siswa sekolah. Para aktivis ini juga membaginya ke orang-orang dewasa yang membutuhkan. Sebab donasi sepatu dari masyarakat tak melulu sepatu untuk kalangan siswa, namun juga sepatu kantoran atau sepatu harian. Mereka menyalurkannya juga ke orang dewasa yang membutuhkan, antara lain guru wiyata bakti bergaji rendah.
“Kan ada sepatu pantofel juga, kita kasihkan ke guru wiyata bakti,” katanya. (*)
Sumber: https://jateng.tribunnews.com/2020/11/03/mengintip-gerakan-sedekah-sepatu-purbalingga-berawal-dari-keresahan-gonta-ganti-sepatu